![]() |
Bersuara lewat karya via Kreatormerdeka.com |
Beberapa hari terakhir, jalanan di
banyak kota Indonesia ramai. Orang-orang turun ke jalan, dari mahasiswa, buruh,
sampai driver ojol. Mereka protes. Awalnya soal DPR yang dianggap nggak peka
dengan rakyat, tapi kemudian melebar jadi amarah kepada aparat.
Dan puncaknya tragis: seorang driver
ojol, Affan Kurniawan, tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob. Videonya
viral, bikin banyak orang marah, dan jadi simbol betapa gampangnya
ketidakadilan merenggut nyawa orang kecil.
Kalau dipikir-pikir, ini bukan cuma
cerita mereka. Ini juga cerita kita. Karena yang namanya ketidakadilan, cepat
atau lambat, bisa nyentuh semua orang. Termasuk kita—para kreator.
Kreator
Bukan Hidup di Balon Sabun
Sering ada anggapan: “Demo itu
urusan rakyat kecil, bukan urusan kreator.”
Padahal, justru kebijakan pemerintah
bisa langsung nyerempet dunia kita.
Bayangin kalau:
ü Harga
internet naik →
kreator kecil makin susah berkarya.
ü Aturan
platform digital nggak adil →
pendapatan adsense atau brand deal makin tipis.
ü Hak
cipta nggak dilindungi →
karya kita gampang dicuri tanpa bisa ngapa-ngapain.
See? Jadi kreator itu nggak hidup di
balon sabun. Apa yang terjadi di jalanan, di parlemen, sampai di meja pejabat,
ujung-ujungnya bisa mampir ke ruang kerja kita.
Kreator
Itu Nggak Cuma Kreatif, Tapi Harus Kritis
Jadi kreator sekarang tuh punya posisi
unik: punya audiens, punya suara, dan sering lebih dipercaya daripada tokoh
politik. Pertanyaannya: mau kita pakai buat apa?
Kalau cuma buat hiburan, oke, itu
pilihan.
Tapi kalau dipakai buat nyalain kesadaran, itu baru namanya berdaya lewat
karya.
Dan tenang, jadi kreator kritis nggak
harus semua kontennya politik kok. Banyak cara:
ü Filmmaker
bisa masukin pesan sosial di film pendek.
ü Illustrator
bisa bikin poster digital yang nyentuh.
ü Musisi
bisa bikin lirik yang nyelekit.
ü Penulis
bisa bikin cerita yang bikin orang mikir dua kali.
ü Content
creator bisa bikin carousel atau reels yang sederhana tapi ngena.
Kreativitas itu bukan cuma alat buat
viral. Kreativitas itu senjata buat melawan apatisme.
Dari
Diam ke Bersuara
Diam itu gampang. Scroll, like, terus
move on.
Tapi kalau semua orang cuma diam, ya ketidakadilan akan terus jalan tanpa ada
yang ngegas remnya.
Justru karena kita kreator, kita punya
cara buat bikin orang lain ikut mikir, ikut ngerasain, bahkan ikut bergerak.
Kadang cukup satu konten yang jujur, satu karya yang tulus, buat bikin orang
sadar: “Eh, ternyata gue nggak sendirian.”
Berdaya
Lewat Karya
Tragedi yang terjadi di demo Agustus
2025 itu reminder keras buat kita semua. Ketidakadilan bisa nyerang siapa aja,
kapan aja.
Sebagai kreator, kita punya pilihan:
Diam dan pura-pura nggak tahu atau bersuara dan bikin karya yang bermakna.
Mungkin kita nggak angkat spanduk di
jalanan. Tapi kita bisa angkat suara lewat tulisan, musik, gambar, atau video.
Itulah arti sebenarnya dari Kreator Merdeka: berani, kritis, dan berdaya
lewat karya.
Jadi, gimana menurutmu?
Apakah kreator harus ikut bersuara soal
isu sosial, atau cukup jadi penghibur aja?
Tulis di kolom komentar. Karena sekecil
apa pun suara kita, tetap berarti.