![]() |
Ferry Irwandi via Kreatormerdeka.com |
Teman Kreator, pernah nggak sih kamu
buka media sosial dan sadar… kok isi For You Page (FYP) atau timeline kamu
mulai berubah?
Konten giveaway yang “menjual
kemiskinan” mulai menghilang. Gantinya, muncul video diskusi, debat, dan
topik-topik yang dulu nggak pernah kamu sentuh.
Kamu jadi suka baca
buku. Bahkan beli buku baru.
Kamu mulai mempertanyakan sistem pendidikan.
Kamu nyesel dulu sekolah atau kuliah nggak serius.
Kamu kepikiran untuk lanjut S2 atau S3.
Kamu nggak lagi terpesona sama mobil mewah influencer, tapi lebih tertarik sama
cara berpikir mereka.
Kamu mulai nge-follow orang yang dulu nggak pernah muncul di radar kamu.
Dan yang lebih menarik, kamu jadi fact-checker
alami.
Setiap ada info masuk, kamu cari sumbernya, debat isinya, bahkan
mempertimbangkan kebenaran alternatifnya.
Kalau kamu ngalamin ini, selamat: kamu
sedang jadi bagian dari masyarakat baru.
Bukan lagi masyarakat yang cuma
konsumtif terhadap konten, tapi kritis, penasaran, dan pengen ngerti “kenapa”
di balik “apa”.
Dari
Game of Attention ke Friction Shifting Theory
Friction Shifting Theory via Kreatormerdeka.com
Di dunia kreator, kita kenal yang
namanya game of attention — seni merebut perhatian orang. Banyak yang main di sini, tapi jarang yang bisa mengubah permainannya.
Nah, di titik ini muncul Friction
Shifting Theory (FST) — sebuah pendekatan yang nggak cuma memanfaatkan
algoritma, tapi bisa menggeser fokus algoritma secara kolektif.
Teori ini lahir dari riset PhD Ferry Irwandi tentang algoritma dan data
engineering, dengan ide bahwa algoritma nggak pernah netral. Tugas
algoritma media sosial cuma satu: memperpanjang atensi pengguna. Semakin
lama kamu di platform, semakin banyak uang yang mereka hasilkan.
Kuncinya: algoritma bekerja prediktif,
bukan tetap.
Setiap video dapat skor — berdasarkan retensi, interaksi, metadata, hingga
deteksi wajah atau teks (OCR & CNN).
Kalau skornya tinggi, video masuk batch uji coba yang lebih besar: dari 500
orang, jadi 1.000, 10.000, 100.000… sampai algoritma merasa video itu udah
“mentok”.
“It’s not about what people want. It’s
about what you want people want.”
Kalau biasanya orang bilang, “Bikin konten
yang dibutuhkan netizen,” FST justru membalik logika itu.
Netizen nggak datang ke media sosial untuk mencari kebutuhan mereka. Justru media
sosial yang menanamkan keinginan baru lewat rekomendasi algoritma.
Cara
Kerja Friction Shifting Theory
![]() |
Cara Kerja FST vai Kreatormerdeka.com |
1.
Sumber
— kreator atau influencer yang memicu percakapan.
2.
Amplifier
— akun-akun yang mengangkat ulang, memotong, atau menambahkan konteks pada
konten tersebut.
3.
Banter
— pro-kontra, debat, atau reaksi yang memancing loop interaksi.
Misalnya Ferry Irwandi angkat isu “hapuskan
jurusan filsafat”. Ada yang setuju, ada yang marah, ada yang bikin video
bantahan, ada yang bikin video dukungan.
Hasilnya? Timeline penuh diskusi filsafat.
Efek sampingnya? Penjualan buku filsafat naik drastis.
Loop ini bikin algoritma terus
mengedarkan topik yang sama, bahkan kalau kreator awalnya udah berhenti bahas.
Itulah brute force ke algoritma.
Kenapa
Penting Buat Kreator yang Mau Berdaya Lewat Karya
![]() |
Strategi Berdaya dengan FST via Kreatormerdeka.com |
Buat kreator, FST bukan cuma soal
views.
Ini soal membentuk opini publik, menaikkan minat pada topik tertentu,
bahkan mendorong perubahan perilaku pasar.
Bayangin kalau kamu jual buku: dengan
FST, kamu bisa bikin topik buku tertentu jadi bahan pembicaraan nasional.
Kalau kamu jual kursus, kamu bisa geser FYP orang-orang supaya penuh dengan
konten yang bikin mereka pengen ikut kelas kamu.
Dan yang paling penting: menguasai
algoritma itu bukan soal hoki, tapi soal strategi kolektif yang terukur.
Insight
Buat Kreator Gen Z
![]() |
Kreator Gen Z via Kreatormerdeka.com |
1. Pahami
algoritma — minimal ngerti konsep batch testing dan faktor
skor (retensi, interaksi, metadata).
2. Bangun
ekosistem, bukan cuma audiens — cari amplifier dan
banter yang mau ikut main.
3. Desain
tren, jangan sekadar ikut tren — mulai dari topik
yang kamu kuasai, lalu tanamkan di kepala audiens lewat loop konten.
4. Mainkan
game jangka panjang — ini bukan soal viral sekali, tapi
soal menciptakan gelombang yang terus mengalun.
Kata Ferry, media sosial itu seperti
transmisi sepeda manual:
Kalau tahu cara ganti giginya, kamu bisa ngebut di momen yang tepat. Kalau
salah ganti, ya siap-siap jatuh.
FST adalah seni mengganti gigi itu —
bukan cuma untuk ngebut sendiri, tapi untuk bikin seluruh peleton ikut
ngebut ke arah yang sama.
Teman Kreator, sekarang pertanyaannya:
Kamu mau jadi penumpang di game algoritma… atau jadi sopirnya?