Menulis untuk Healing, Berjejaring, dan Menginspirasi Lewat Kata Ala Eva Sinaga

 

Eva Sinaga via Kreatormerdeka.com


Bagi Eva, panggilan akrabnya, hidup tak selalu dihabiskan dengan pena di tangan atau buku di pangkuan. Kadang, ia lebih suka membiarkan pikirannya berkelana lewat obrolan santai dengan teman, ditemani musik yang mengalun pelan, atau sekadar berjalan tanpa tujuan di sore hari. Ada kalanya, ia sengaja menantang dirinya ikut kegiatan baru, sekadar untuk merasakan pengalaman yang belum pernah disentuh.

Kalau diminta mendeskripsikan dirinya, Eva memilih tiga kata: tenang, mandiri, dan hangat. Tenang, karena ia mampu menyerap detail kecil di sekitarnya. Mandiri, karena ia nyaman bekerja sendiri dan disiplin mengejar target. Hangat, karena ia selalu membuat orang merasa aman untuk bercerita.

 

Dari Buku ke Pena

Cinta Eva pada literasi bermula sejak kecil. Buku adalah teman setia di kala sepi. Namun, ia tak pernah membayangkan bahwa literasi suatu hari akan menjadi bagian besar dari hidupnya.

Perjalanan itu berubah arah ketika ia bertemu komunitas Sahabat Literasi dan foundernya, Puteri Utami Sukirno. Dari diskusi-diskusi ringan hingga tantangan menulis, Eva mulai menyadari bahwa menulis bukan hanya soal merangkai kata. Menulis adalah cara untuk memulihkan diri, merapikan hati, dan memberi ruang bagi emosi.

Salah satu momen yang membekas adalah saat tulisannya dimuat dalam sebuah antologi untuk pertama kali. Tak lama setelah itu, sebuah cerita mini karyanya memenangkan event “7 Hari Menulis” bersama Sahabat Literasi. “Rasanya campur aduk—bangga, kaget, dan semakin terpacu untuk menulis lagi,” kenangnya.

 

Menemukan Makna lewat Komunitas

Karya terbaru Eva Sinaga via Kreatormerdeka.com

Di Sahabat Literasi, Eva tak hanya menulis. Ia juga terlibat dalam mengelola diskusi kepenulisan, menjadi editor, hingga kadang membagikan materi menulis. Dari semua kegiatan itu, ada satu momen yang selalu ia ingat: hari ketika anak-anak yang awalnya malu-malu akhirnya berani membaca nyaring di depan teman-temannya.

Bagi Eva, literasi punya kekuatan untuk memecah tembok rasa minder, bahkan menjangkau mereka yang sering terabaikan. Itulah mengapa ia juga mau berbagi ilmu menulis kepada teman-teman disabilitas—pengalaman yang mengajarkannya bahwa kata-kata bisa menyatukan siapa saja.

Selain itu, Eva juga aktif di Halomora, sebuah ruang diskusi bisnis dan karya ilmiah. Keterlibatannya bermula dari ajakan teman kuliah, Mutia Nurdalilah Simatupang. Ternyata, visi misi mereka sejalan, sehingga kolaborasi pun berjalan alami.

 

Menulis: Antara Inspirasi dan Kebiasaan

Bagi Eva, menulis itu seperti napas—ada yang lahir dari inspirasi, ada yang bertahan karena kebiasaan. Inspirasi memang memantik ide, tapi kebiasaanlah yang membuat ide itu menjelma menjadi tulisan.

Rahasia konsistensinya sederhana: menulis sedikit setiap hari, walau hanya satu paragraf. Ketika writer’s block datang, ia memilih berhenti sejenak, membaca buku, atau berbincang dengan orang lain untuk menyegarkan pikiran.

 

Berjejaring untuk Bertumbuh

Eva percaya, penulis tak akan pernah tumbuh sendirian. Jejaring yang sehat adalah ruang belajar, tempat bertukar ide, dan pintu menuju kolaborasi.

Cara membangun circle positif baginya sederhana: dukung karya orang lain, terbuka terhadap masukan, dan jaga komunikasi tetap hangat. Salah satu pengalaman kolaborasi yang paling membekas adalah saat ia membuat antologi puisi bersama penulis dari berbagai kota. “Luar biasa rasanya melihat karya kami bersatu di satu buku,” ujarnya.

 

Tantangan dan Pesan untuk Diri

Menurut Eva, tantangan terbesar dunia literasi di Indonesia adalah minat baca yang masih rendah dan akses yang belum merata. Namun, itu bukan alasan untuk berhenti.

Jika bisa menyapa dirinya di awal perjalanan literasi, Eva akan berkata:

“Jangan takut salah. Yang penting mulai dan terus belajar.”

 

Untuk Kamu yang Ingin Menulis

Bagi mereka yang ingin menulis namun masih ragu, Eva punya pesan sederhana:

“Tulislah dulu untuk dirimu sendiri, jangan langsung khawatir dinilai orang lain.”

Dan ada satu kalimat yang selalu ia pegang dalam berkarya:

“Kata-kata punya daya, dan kamu punya kendali untuk membuatnya berarti.”

Baginya, menulis bukan sekadar mengisi halaman kosong. Menulis adalah membangun jembatan—dari pikiranmu, ke hati orang lain.

Kalau ingin membaca karya-karya Eva Sinaga sekaligus berkenalan langsung dengannya, kamu bisa mengunjungi Instagram pribadinya di @evasinaga88.

🎤 Promosikan Karyamu Lewat Program RUANG KREATOR!
Kamu juga kreator muda yang punya karya tulis, film pendek, puisi, lagu, atau apapun yang layak disuarakan?

Logo Ruang Kreator via Kreatormerdeka.com



Gabung dan tampil di RUANG KREATOR bareng kreator-kreator inspiratif lainnya seperti Eva Sinaga!

📩 Langsung aja DM ke Instagram @kreatormerdeka
Siapa tahu, giliran ceritamu yang menginspirasi Indonesia.

👉 Tonton obrolan lengkapnya di Ruang Kreator Episode #7 melalui YouTube:


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama