![]() |
| Sulis Setiawati via Kreatormerdeka.com |
Di tengah hiruk pikuk dunia organisasi
dan aktivitas sosial, ada satu benang merah yang tidak pernah lepas dari
perjalanan Sulis Setiawati: literasi. Bagi perempuan yang saat ini
menjabat sebagai Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PII), sekaligus
aktif di berbagai organisasi kepemudaan dan sosial, literasi bukan sekadar
aktivitas membaca dan menulis, melainkan jalan hidup.
“Literasi itu cara kita memahami
dunia, membentuk karakter, sekaligus memberi makna pada kehidupan,” ujar
Sulis.
Selain aktivitas organisasi, Sulis
dikenal sebagai Perempuan Pelopor Kesejahteraan Sosial Kota Cilegon dan
pegiat literasi yang kerap menggerakkan kegiatan membaca dan menulis di
masyarakat. Dari kegemarannya sejak kecil, Sulis menemukan bahwa literasi bukan
hanya membuka cakrawala dirinya, tapi juga menjadi sarana memberdayakan orang
lain.
Dari
Buku ke Gerakan
Ketertarikan Sulis pada literasi
bermula sederhana: kecintaan membaca dan menulis. Namun, momen yang paling
berkesan adalah ketika ia melihat anak-anak dan remaja yang awalnya enggan
membaca, perlahan mulai menikmati buku, lalu berani menulis.
“Momen itu sangat membekas. Saya
sadar literasi bisa benar-benar mengubah cara pandang seseorang,”
kenangnya.
Bagi Sulis, membaca membuatnya lebih
peka pada masalah sosial, sementara menulis memberinya keberanian menyuarakan
gagasan. Ia tidak sekadar menulis untuk diri sendiri, tetapi juga untuk
menginspirasi dan mendorong perubahan sosial.
Literasi
yang Membumi
Meski semangat literasi terus
digelorakan, tantangan di lapangan tetap besar. “Banyak yang masih
menganggap literasi hanya urusan sekolah, padahal ini kebutuhan hidup
sehari-hari,” jelasnya.
Menurutnya, literasi sejatinya adalah
keterampilan hidup: memahami informasi, berpikir kritis, dan mengambil
keputusan yang tepat. Contohnya, literasi finansial bisa membantu keluarga
mengelola ekonomi lebih bijak.
Bukti paling nyata terlihat dari
komunitas remaja yang ia dampingi. Berawal dari kegiatan membaca bersama,
beberapa anggota berani menulis cerita pendek dan puisi, bahkan tampil
membacakan karyanya di forum publik. “Itu bukti sederhana bahwa literasi
menumbuhkan percaya diri dan keberdayaan,” tambahnya.
Menulis
Sebagai Identitas dan Keberdayaan
Di tengah padatnya jadwal organisasi,
Sulis selalu menyempatkan diri menulis. Baginya, menulis adalah kebutuhan,
bukan beban. “Konsistensi itu bukan soal banyak, tapi tentang keberlanjutan,”
katanya.
Dari menulis, ia menemukan identitas
sebagai perempuan muda yang berani menyuarakan gagasan, sekaligus berkontribusi
lebih luas bagi masyarakat. Dan di situlah, keberdayaan lahir. Saat tulisan
mampu menggerakkan orang lain, maka karya menjadi jalan untuk memberdayakan.
Pesan
untuk Generasi Muda
Untuk anak muda yang ingin terjun ke
gerakan literasi, Sulis memberi pesan sederhana: jangan tunggu waktu sempurna.
“Mulailah dari membaca satu buku,
menulis satu paragraf, atau berbagi cerita sederhana. Dari hal-hal kecil itu,
perubahan besar bisa lahir.”
Ia percaya, konsistensi kecil yang
dilakukan setiap hari akan berbuah kontribusi nyata. Literasi bukan hanya soal
menambah pengetahuan, tapi juga mengasah kepekaan sosial dan melahirkan karya yang
bermanfaat.
Dan jika seluruh perjalanan ini harus
dirangkum dalam satu kalimat motivasi, Sulis memilih kalimat ini:
“Literasi adalah jalan untuk menemukan
diri, memberdayakan masyarakat, dan mencerdaskan bangsa.”
✍️
Artikel ini bagian dari seri Kreator Merdeka: kisah-kisah inspiratif
anak muda yang berani berkarya, berdaya lewat karya, dan menyalakan semangat
perubahan.
Promosikan Karyamu Lewat
Program RUANG KREATOR!
Kamu juga kreator muda yang
punya karya tulis, film pendek, puisi, lagu, atau apapun yang layak disuarakan?
🎨 Logo Ruang Kreator via Kreatormerdeka.com
Gabung dan tampil di RUANG
KREATOR bareng kreator-kreator inspiratif lainnya seperti Sulis
Setiawati!
📩 Langsung aja DM ke Instagram @kreatormerdeka
✨ Siapa tahu, giliran ceritamu yang menginspirasi Indonesia.
👉 Tonton obrolan lengkapnya di Ruang
Kreator Episode #11 melalui YouTube:
